Slide Show

Rabu, 01 Januari 2025

BERAMAL

 Nats Bacaan Matius 25 : 40

“Dan Raja itu akan menjawab mereka : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”.

 


 

    Pernahkah kita mempunyai rencana bahwa di tahun 2025 ini akan melakukan sesuatu yang berguna bagi saudara kita yang paling hina yang sangat membutuhkan dari kita ?

    Dalam iman Kristiani diajarkan bahwa iman atau percaya tanpa perbuatan itu mati atau sia-sia. Percaya kepada Tuhan Yesus harus diwujudkan dengan berbuat sesuatu atau menolong kepada sesama yang membutuhkan.

    Di jaman akhir atau jaman penghakiman disebutkan bahwa semua bangsa akan dikumpulkan dan mereka akan dihakimi oleh Sang Raja (Anak Manusia) dan ditempatkan di sebelah kanan dan kiri.

    Kepada yang duduk di sebelah kanan mereka akan diserahkan Kerajaan Sorga oleh karena mereka telah berbuat sesuatu untuk YEsus dan dengan rendah hati mereka merasa belum pernah berbuat apa-apa. Di seluruh hidupnya mereka telah banyak berbuat banyak untuk Tuhan Yesus.        

    Sebaliknya, yang duduk di sebelah kiri Sang Raja akan dimasukkan ke dalam siksaan yang kekal, karena mereka tidak berbuat apapun kepada atau untuk Tuhan Yesus. Mereka percaya tetapi tidak mengamalkan. Selama hidup mereka tidak berbuat apa-apa untuk Yesus.

    Nah, marilah kita melihat diri kita sendiri. Mungkin kita telah merencanakan ini dan itu. Tapi coba kita lihat apakah itu untuk diri kita sendiri atau untuk Yesus atau ada yang untuk sesama yang membutuhkan ?

    Dari kisah di jaman penghakiman di atas kita mendapatkan pelajaran bahwa di tahun 2025 ini kita diberi kesempatan untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan Yesus melalui sesama yang membutuhkan.

    Bagaimana caranya ? Bisa dengan tenaga, pikiran, atau harta kita, atau apapun yang diberikan Tuhan kepada kit aitu semua diberikan Tuhan semata-mata tidak untuk diri pribadi tetapi juga untuk sesama yang membutuhkan.

    Orang yang demikian ini akan disebut berbagai karena Tuhan Yesus pernah berjanji yang berbahagia ialah yang bertahan sampai akhir.

    Tuhan Yesus Memberkati.

    Amin. (S.Hs)

 

Doa :

Mampukanlah kami ya Tuhan Yesus, untuk berbuat sesuatu bagi sesama yang membutuhkan. Amin.

 

Jumat, 27 Desember 2024

LOYALITAS

Nats Bacaan : Roma 12 : 11
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, 
biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan 



     Sebuah perusahaan swasta membutuhkan karyawan dengan kriteria : sehat jasmani dan rohani, tidak merokok, mampu bekerja secara bergiliran (shift), mampu bekerja dibawah tekanan, dan yang paling utama adalah loyal terhadap perusahaan. Itulah bunyi iklan di salah satu koran lokal.

     Bukan hanya perusahaan itu yang membutuhkan orang-orang yang loyal dalam pekerjaan. Gereja juga membutuhkan orang-orang yang loyal dalam pelayanan. Dewasa ini banyak orang yang tidak loyal terhadap pekerjaan Tuhan. Kadang-kadang ada yang tidak mau dipindahkan untuk melayani ditempat terpencil, apalagi di tempat itu memiliki jumlah jemaat yang sedikit. Kitab Roma mengingatkan kita agar kita tidak mudah kendur dan melemah dalam kerajinan melayani, serta agar roh kita terus menyala-nyala dengan bersemangat melayani Tuhan (Roma 12 : 11).

     Hendaklah semuanya memuji nama Tuhan, sebab hanya nama Nya yang tinggi luhur, keagunganNya mengatasi bumi dan langit (Mazmur 148 : 13). Loyal berarti setia kepada Tuhan dan setiap ajaran Nya. Di dalam loyalitas terkandung unsur bisa dipercaya. Jadi, bila Tuhan sudah mempercayakan pelayanan kepada kita, di mana pun tempatnya, kita harus mentaati perintah tersebut. Orang yang loyal terhadap Tuhan selalu tulus dan dapat dipercaya untuk mengemban tugas pelayanan yang telah dipercayakan kepadanya. Marilah kita selalu giat dan rajin dalam setiap pekerjaan Tuhan. Mintalah Tuhan memampukan kita untuk terus loyal dalam melakukan tugas kita sehingga kelak kuasaNya dinyatakan atas kehidupan kita. Hanya orang-orang yang loyal terhadap Tuhanlah yang akan merasakan kuasa Nya. (SEM)

 

Doa : Tuhan mampukan kami untuk terus loyal dalam melakukan tugas pelayanan. Amiin


Bersama Semesta Pujilah Tuhan




                                         Haleluya! Pujilah TUHAN di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi! (Mazmur 148:1)

 
 

Satu tahun terdiri dari 365 hari dan 52 minggu, 8760 jam, 525.600 menit, 31.536.000 detik. Kira-kira dalam kurun waktu yang demikian sudah berapa banyak kita memuji Tuhan? Sebab tanpa terasa dalam hitungan hari dan waktu kita akan meninggalkan tahun 2024 ini dan memasuki tahun penuh pengharapan di tahun 2025. Artinya selama kita diberi nafas hidup oleh Tuhan, di tahun ini sudah berapa banyak kita memuji nama-Nya selain dalam peribadatan yang kita ikuti setiap kalinya?

 

Pemazmur dalam penghujung penutupan di akhir kitabnya, mengajak kita, manusia bahkan seluruh alam semesta dan malaikat untuk memuji Allah. Kata “Haleluya” menjadi kata pembuka dan penutup dari Mazmur 148 ini. Pemazmur mengajak seluruh alam semesta dan yang ada di atas langit untuk mengarahkan pandangannya kepada Allah dan memuji nama-Nya. Malaikat, matahari, bulan, bintang, langit, air yang ada di atas langit, semua diajaknya untuk memuji Tuhan (ay. 1-6). Demikian pula yang ada di bumi, seperti ular-ular naga, samudera raya, api, hujan es, salju, kabut, angin badai, gunung, bukit, pohon-pohon, hewan, raja-raja dan para pembesar di bumi, anak-anak sampai orang tua, semua diajaknya untuk memuji Allah (ay. 7-13). Seakan-akan Pemazmur ingin menggoncang seluruh alam semesta dengan puji-pujian yang dahsyat dan luar biasa untuk Allah atas segala karya dan perbuatan-Nya. Sebab memang sungguh besar dan luar biasa atas segala ciptaan Allah bagi seluruh makhluk dan alam ini.

 

Di penghujung akhir tahun ini tentu sudah banyak berkat yang kita terima dari Tuhan Yesus, yang apabila mau dihitung satu persatu akan sulit sebab begitu banyaknya berkat. Walau di sisi lain, mungkin di antara kita ada yang mengalami susah, dukacita, dan kesedihan, namun demikian pasang surut kehidupan yang kita sudah jalani sepanjang tahun ini, kiranya tidak menghentikan kita sebagai orang percaya untuk terus memuji nama Tuhan, sebab banyak sudah perbuatan yang dilakukan-Nya bagi kita. Oleh karena itu, layaklah Dia yang kita sembah di dalam Yesus Kristus, Tuhan, kita puji nama-Nya.

 

Haleluya, pujilah Dia senantiasa!

 

Doa:

Biarkanlah aku selalu belajar setiap waktu memuji nama-Mu. ge2

 

Kesetiaan di Tengah Tantangan


Bacaan: II Tawarikh 24:17-24, Mazmur 148, Kisah Para Rasul 6:1-7, 7:51-60

Ayat Nats: "Tetapi Stefanus, penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah." (Kisah Para Rasul 7:55)


 



Ketika kita merayakan Natal, kita diingatkan tentang kasih setia Allah yang mengutus Yesus Kristus ke dunia. Bacaan hari ini mengajarkan bahwa kesetiaan kepada Tuhan sering kali membawa kita pada tantangan, tetapi dalam semua itu, Tuhan tetap dimuliakan.


Raja Yoas, dalam bacaan dari II Tawarikh, awalnya setia, tetapi ketika pengaruh buruk datang, ia meninggalkan Tuhan dan bahkan membunuh Zakharia, nabi yang menegur dosanya. Hal ini mengingatkan kita bahwa tanpa kesetiaan yang teguh, kita mudah terombang-ambing oleh pengaruh dunia. Sebaliknya, Stefanus dalam Kisah Para Rasul menunjukkan keberanian luar biasa. Ia tetap setia kepada kebenaran Tuhan, bahkan ketika menghadapi kematian. Di tengah lemparan batu yang mengakhiri hidupnya, Stefanus tetap memuliakan Tuhan dan mengampuni orang-orang yang menyakitinya.


Mazmur 148 mengajak kita untuk melihat gambaran yang lebih besar: seluruh ciptaan dipanggil untuk memuji Tuhan. Dari langit hingga samudera raya, dari burung-burung hingga binatang melata, dari raja-raja hingga anak dara, semuanya ada untuk kemuliaan Allah. Bagaimana kita, manusia yang diciptakan segambar dengan Allah, merespon panggilan ini?


Bayangkan sebuah lilin kecil di tengah kegelapan. Lilin itu tampaknya tidak berarti, tetapi sinarnya mampu menerangi ruangan gelap. Begitu juga hidup kita. Seperti Stefanus, kita mungkin menghadapi kegelapan berupa tantangan, kesedihan, atau penganiayaan. Namun, ketika kita tetap setia kepada Tuhan, hidup kita menjadi terang yang menyatakan kemuliaan-Nya kepada dunia.


Natal adalah waktu untuk menyalakan terang itu di hati kita. Kita diingatkan bahwa Yesus datang ke dunia untuk membawa terang di tengah kegelapan dosa, dan sekarang, kita dipanggil untuk menjadi pembawa terang itu. (DS)


Doa Singkat: Tuhan yang setia, kami bersyukur atas terang kasih-Mu yang hadir dalam Yesus Kristus. Ajarkan kami untuk tetap setia kepada-Mu, bahkan di tengah tantangan. Berikan kami keberanian seperti Stefanus, yang memuliakan-Mu hingga akhir hidupnya. Tolong kami agar hidup kami menjadi terang yang memuliakan nama-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Minggu, 22 Desember 2024

Putra Sulung

 


Ia-lah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ia-lah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu ( Kolose 1: 18)

Bacaan: Kejadian 25:19-28

Mazmur 113

Kolose 1: 15-20

 

Menjadi anak sulung ada enak dan tidak enaknya. Sebagai anak sulung, ia menjadi kebanggaan dari orangtuanya. Apa yang dikerjakan oleh si sulung senantiasa mendapat perhatian dari orangtuanya.

Bagaimana sekolahnya, bekerjanya atau keluarganya. Orangtua senantiasa menceritakan tentang si sulung kepadabanyak orang. Demikian juga  bagi adik adiknya, si sulung selalu menjadi teladan.

Itu seperti kakak, contoh kakakmu dan masih banyak lagi ungkapan orangtua tentang si sulung bagi adik adiknya.Sebagai yang disoroti, dijadikan teladan tentu tidak mudah untuk menjalani.

Dari kecil ia sudah mendapat tuntutan yang lebih dibanding yang lain. Bahkan terkadang hidupnya sudah diatur sedemikian rupa oleh orangtua.  Ia harus menjadi pibadi yang memuaskan keinginan orangtua dan menjadi kebanggaannya.

Karena itu, si sulung berupaya lebih dan lebih karena ia menjadi teladan bagi adik adiknya.

Tuhan Yesus adalah Anak Sulung, Ia adalah kepala tubuh yaitu jemaat. Sebagai Anak sulung Allah, Tuhan Yesus menjadi teladan bagi semua bangsa. Pengorbanan yang dilakukan olehNya mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya. Melalui salib dilaluinya karya penyelamatan umat manusia.

Manusia terperosok dalam dosa beroleh anugerah penyelamatan oleh karenaNya. Sebagai yang Sulung, Ia tak bercacat, Ia sempurna.Karya-Nya yang nyata yang dirasakan oleh umat manusia.

Karenanya pujian kemuliaan diagungkan baginya. Sebagaimana diungkapkan dalam Mazmur 113, pujian kepadanya dan nama-Nya dimasyurkan. Karya penyelamatan-Nya begitu mulia.

Ia yang hadir dalam rupa manusia , Ia yang merendahkan diri sedemikian rupa. Itu semua dilakukan karena kasih dan cinta-Nya pada ciptaan-Nya. Semua itu agar manusia yang hina diangkat begitu mulia.

Betapa mulianya kita sebagai yang kemudian dengan melihat Anak Sulung Allah dalam karya-Nya. Teladan sudah diberikan, pengorbanan telah dinyatakan. Langkah kita kedepan hanya tertuju pada-Nya, kita akan meniti turut dalam langkah langkah ajaib-Nya.

Kiranya Tuhan memampukan kita untuk terus fokus memandang Dia dan mengikutnya.

 

Jumat, 20 Desember 2024

SEBUAH KETAATAN

Nats Bacaan :

Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau 
(Lukas 13 : 31)

 



Memberikan sebuah nasihat adalah hal yang baik. Namun, nasihat yang baik terkadang tidak disertai oleh maksud hati yang baik, atau dengan tujuan yang baik. Itulah yang dilakukan oleh beberapa orang Farisi terhadap Yesus.

Membaca dan merenungkan kata-kata beberapa orang Farisi Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau (Luk 13:31) ini muncul sebuah pertanyaan: Mengapa mereka berkata begitu kepada Yesus? Apakah mereka datang kepada Yesus dalam kapasitas sebagai utusan-utusan Herodes? Apakah mereka bermaksud mengusir Yesus dari wilayah kekuasaan Herodes Antipas? Atau ini malah merupakan sebuah nasihat baik atau peringatan mereka kepada Yesus, yang disampaikan demi keselamatan-Nya?

Apa pun maksud hati orang-orang Farisi dengan berkata begitu, Yesus tidak gentar sedikit pun. Yesus bukan seorang penakut. Ia bukan seorang yang ciut nyali-Nya. Ia bukan tipe orang yang mau didikte orang. Sebab, ketaatan mutlak hanya Dia berikan kepada Bapa-Nya. Oleh karena itu, kepada mereka Yesus balik berkata, Pergilah, dan katakanlah kepada si serigala itu, ‘Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang pada hari ini dan esok dan pada hari ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan esok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem (Luk 13:32-33).

Kita perlu mencermati kata-kata Yesus ini dan merenungkannya. Pertama, Yesus diminta atau dinasihati supaya pergi dari wilayah Galilea dan Yesus pun ganti minta kepada mereka supaya pergi. Yesus minta atau menyuruh mereka supaya pergi, seolah-olah mereka adalah utusan-Nya. Yesus adalah seorang yang punya prinsip. Ia tidak mau didikte oleh siapa pun, apalagi oleh orang-orang Farisi dan para ahli Taurat Yahudi.

Kedua, Yesus menyebut Herodes Antipas sebagai “si serigala”. Serigala adalah lambang sebuah kelicikan yang keji. Selain itu, serigala juga dilukiskan sebagai makhluk yang tak berarti, apalagi jika diperlawankan dengan singa yang selalu tampil gagah, penuh wibawa dan perkasa. Serigala tidak ada apa-apanya. Artinya, Yesus tidak takut sedikit pun dengan ancaman Herodes Antipas.

Ketiga, Yesus merangkum seluruh karya-Nya dalam dua kalimat singkat: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang pada hari ini dan esok dan pada hari ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan esok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem. Tindakan pengusiran setan dipandang oleh Yesus sebagai bukti akan hadirnya Kerajaan Allah di tengah bangsa Yahudi (bdk. Luk 11:20). Demikian juga dengan tindakan-Nya dalam menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis. Allah menyertai Dia (bdk. Kis 10:38). Seluruh hidup, perjalanan dan karya Yesus dinaungi oleh Allah sendiri.

Keempat, Yesus mengatakan bahwa Ia mengusir setan dan menyembuhkan orang pada hari ini dan esok. Maksud-Nya, karya Yesus tidak berlangsung lama. Jadi, kalau Ia kini meninggalkan wilayah Galilea, bukan karena Ia merasa terancam oleh Herodes Antipas atau karena takut kepadanya, tetapi karena tidak lama lagi karya-Nya akan selesai. Ia sadar betul akan nasib-Nya yang akan segera digenapi: Kematian demi pengampunan dosa manusia (bdk. Mat 1:21; Ef 1:7). Dengan demikian, akan tergenapilah sejarah keselamatan bagi umat manusia.

Kelima, Yesus menegaskan Diri-Nya sebagai seorang nabi. Penginjil Lukas cukup sering menampilkan sosok Yesus sebagai seorang nabi (lih. Luk 7:16, 39; 24:19; Kis 3:22-26; 7:37). Tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh di luar Yerusalem, kata Yesus. Ia sadar bahwa Kota Yerusalemlah tujuan perjalanan-Nya dan di sanalah tempat kematian-Nya. Di sanalah tempat Dia menyelesaikan pekerjaan-Nya. Di sanalah tempat Dia menyelesaikan seluruh kehendak Bapa-Nya: Lewat jalan kematian, dibunuh. Ia adalahs eorang nabi yang pemberani. Ia tidak takut mati. Ia berani mati asal orang-orang berdosa beroleh hidup oleh darah-Nya.

Seluruh hidup dan karya pelayanan Yesus dilakukan dalam ketaatan kepada Bapa yang mengutus-Nya ke dunia. Makananku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya, kata Yesus dalam Yoh 4:34. Inilah ketaatan Yesus. Setiap murid Yesus mesti belajar dari pada-Nya: Taat kepada kehendak Bapa dan tidak gentar akan derita yang akan menimpa Diri-Nya. Amin. (SAK)

Doa :

Terima kasih untuk teladan yang ENGKAU berikan kepada kami, ajar untuk kami juga melakukan kehendakMu Tuhan. Amin.

BERKOMUNIKASI DENGAN TUHAN

 Nats Bacaan : 1 Raja-raja 8 : 22-30



Salomo adalah raja bangsa Israel yang ke tiga. Dia terkenal raja yang bijaksana dan kaya raya. Pada saat Salomo memerintah sebagai raja di Israel ia membangun Bait Allah yang dulu dijanjikan oleh Allah kepada raja Daud seperti yang tertulis dalam 2 Samuel 7:13 yang demikian: “Dialah yang akan mendirikan rumah bagi-Ku dan Aku akan mengokohkan tahta kerajan-Nya untuk selama-salamanya”. Dengan demikian kalau raja Salomo dapat mendirikan atau membangun Bait Allah itu bukan karena semata-mata kebijaksanaan ataupun kekayaannya melainkan karena pertolongan Tuhan.

Pembangunan Bait Allah memakan waktu selama 7 tahun dan setelah selesai pembangunan Bait Allah tersebut Salomo berdiri di depan mezbah Tuhan di depan segenap jemaat Israel dengan menadahkan tangannya ke langit lalu berdoa kepada Tuhan. Dalam doanya Salomo mengakui akan kebesaran Tuhan, mengakui bahwa Allah itu setia dengan janji-Nya, mengakui bahwa Allah itu tidak terbatas sehingga langitpun tidak dapat memuat Allah apalagi Bait Allah yang Ia bangun sekalipun besar dan megah tidak mungkin dapat menampung keberdaan Allah.

Bait Allah yang dibangun oleh raja Salomo pada waktu itu sekarang sudah tiada sehingga tak dapat dijadikan tempat untuk berdoa, meskipun demikian bukan karena kita sekarang tidak mempunyai tempat untuk berdoa. Kita dapat berdoa di mana saja dan kapan saja, tidak di batasi ruang dan waktu. Kita sekarang masih memiliki “Bait Allah” yaitu diri kita seperti yang dikatakan Paulus dalam I Korintus 3:13 yang demikian “Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah di dalam kamu”.

Ketika kita berdoa kepada Allah tentunya tidak seperti orang mengajukan proposal dan minta kepada Tuhan agar semua keinginan kita dipenuhi oleh-Nya. Tetapi berdoa adalah berkomunikasi kepada-Nya. Berdoa tidak hanya kita lakukan ketika kita dalam keadaan baik tetapi juga dalam keadaan tidak baik-baik saja. Tetapi sesungguhnya doa itu juga mendengarkan suara Tuhan, malakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.  Amin. (LS)

Doa

Tuhan Maha pengasih serta penyayang kuduskanlah hidup kami seperti Engkau Kudus, sehingga kami ini layak sebagai Bait-Mu yang kudus dan berkenenan dihadapan-Mu. Apapun yang kami lakukan di dalm kehidupan kami berkenan di hadapan-Mu. Amin