
Manusia adalah makhluk yang memiliki pribadi, artinya ia memiliki
pikiran, perasaan dan kehendak. Cinta merupakan salah satu bagian dari
perasaan. Ketika kita mencintai seseorang, tentu kita juga rindu untuk selalu
bersama-sama dengan orang yang kita cintai. Rasa rindu hanya dapat lahir
apabila ada rasa cinta yang tulus. Dalam hubungannya dengan Tuhan, pemazmur
mengajarkan suatu sikap hati yang berkenan di hadapan Tuhan yaitu kerinduan
yang tulus kepadaNya. Pemazmur memberi sebuah gambaran tentang kerinduan betapa
jiwanya sungguh haus akan Tuhan, ia katakan “jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup”. Bahkan karena
rasa rindunya yang begitu mendalam ia melanjutkan dengan kalimat. “Bilakah aku boleh datang melihat Allah?”
Tidak sedikitpun tersirat kerinduannya akan dunia ini. Olehnya sebagai orang
percaya kita harus terus mengoreksi akan kerinduan hati kita saat ini, apakah
jiwa kita masih memiliki rasa haus kepada Allah atau sebaliknya kita lebih
merindukan kesenangan dunia.
Apakah kita mencintai Tuhan dengan tulus? Sesungguhnya Tuhan yang lebih
dulu mencintai kita dan cintaNya itu abadi. Maka sudah sepantasnya kita
mencintaiNya juga dengan sepenuh hati. Kita juga harus menyadari bahwa kita
tidak dapat hidup tanpa Tuhan, maka kita sangat membutuhkanNya. Mencintai Tuhan
berarti memberikan segenap keberadaan hidup kita untuk dikuasahi dan dipimpin
oleh Roh Tuhan, berjalan bersama Tuhan setiap hari, memikirkan jalan-jalanNya,
tunduk pada kehendakNya, taat melakukan firmanNya, memegang teguh janjiNya dan
rela dibentuk oleh Tuhan.
Marilah kita wujudkan kasih kita kepada Allah dengan mentaati
perintah-perintahNya. Dan bagi orang yang mengasihiNya, Tuhan Yesus menjanjikan
bahwa mereka akan mengalami kasih Allah lebih dalam lagi, mengenal diriNya
lebih dalam lagi dan selalu merasakan penyertaanNya. Amiin. (SEM)